Kisah Perjalanan Cintaku (Bag. Ketiga)

Salam sukses selalu..., selamat bertemu kembali dengan kisah perjalanan cintaku. Pada bagian ketiga ini aku pengin melanjutkan kisah cintaku yang telah terputus beberapa bulan, ya... panyakit malas lagi kambuh sehingga aku jarang bikin tulisan-tulisan di blog ini. Sekedar mengingatkan rekan blogger yang mengikuti kisah perjalanan cintaku, pada bagiankedua aku memutuskan untuk meninggalkan tempat kostku, yang berarti pula pisah dengan Rini, sang bunga desa yang jadi rebutan para pemuda di daerah itu. Patah hati...., mungkin ia. Tapi sebagai seorang laki-laki, aku harus bisa berfikir jernih dan dewasa, mungkin Rini memang bukan jodohku.

Selanjutnya, tidak pake lama, aku pindah kost dan menempati tempat dan suasana yang baru. Kebetulan ditempat kost yang baru aku bareng ama beberapa senior yang telah lama bekerja di Queen, sehingga nggak pake acara kenalan yang berkepanjangan karena emang dah pada kenal semua, termasuk ama keluarga bapak kost yang baru, karena aku juga sering main kesini.
Beberapa waktu berjalan, dan pada suatu waktu aku mendapatkan undangan pernikahan dari Rini, anak mantan bapak kost. Yah... ikut seneng juga, karena mantan pacar dah menikah, dan akupun dengan jiwa legawa menghadiri acara resepsi pernikahannya dengan pakaian jas komplit (nyaingi penganten prianya..). Nggak ada percakapan yang serius dengan sang pengantin, ya..cuman say hallo aja, nggak enak sama tamu undangan. Masak mau mengungkit kisah lama,....

Berikutnya, aku mencoba untuk mendekati seorang cewek yang imut dan manis, yang kebetulan adik ipar seorang temen. Parasnya yang cantik dan natural, bener-bener menggoda hati dan perasaanku. Kayaknya nih cewek belum punya pacar..., gumamku dalam hati. Proses pe-de-ka-te pun berjalan setahap dengan setahap. Pada proses ini, aku berlaku hati-hati. Aku tidak ingin kisahku berulang kembali. Aku harus bisa memastikan bahwa cewek ini, yang kebetulan bernama Rina (namanya asli lho, nggak karang mengarang), belum punya pacar alias masih “jomblo”. 

Mulailah aku sering datang ke rumahnya, ya... istilahnya ngapelin lah.... Yang alasan pinjem buku, yang alasan silaturahmi, yang alasan main...pokoknya segudang alasan aku sampaikan untuk bisa bertemu dengan Rina. Kisah berikutnya membuatku berfikir 1000 kali, awalnya ketika itu pas hari ulang tahunku, dan rencananya aku mau ngrayakan di sebuah cafee yang cukup lumayan juga di daerah Baturaden.
Segala persiapan berjalan dengan 100% lancar, sewa tempat, akomodasi, undangan, sound dan seabrek yang lainnya. Jauh-jauh hari aku dah undang Rina untuk hadir dalam acaraku itu, ya..istilahku ngenalin ke temen-temen aku. Dan...100% persen pula aku dapet jawaban oke, alias akan hadir pada acara ulang tahunku. Namun apa mau dikata, rencana tinggal rencana, Tuhanlah yang menentukan. 

Sore hari sebelum acara aku jemput Rina, jawabannya entar mau datang sendiri. Ya... sudah aku meluncur lagi ketempat acara karena temen-temen dah pada dateng, masak yang tuan rumah nggak ada, khan lucu. Acara berjalan dengan meriah, pokoknya ramelah... ada nyanyi, ada game, ada siram-siraman air, ada potong kue dan tumpeng. Ya.., untuk ukuranku rame dan asyik lah, namun... yang aku tunggu-tunggu, Rina belum dateng juga. Jam sembilan, sepuluh sampai jam sebelas malam, belum datang juga. Bahkan sampai acara bubar, nggak nongol juga. Sakit hati.... mungkin iya.. tapi, aku menyebutnya kecewa yang amat sangat. Kalo nggak mau dateng ya bilanglah.., atau gemana kek. Nggak kayak gini, aku sangat kecewa dan tentunya malu ama temen-temen yang lain.

Setelahnya, aku berpikir bahwa Rina bukan jodohku. Aku punya penilaian Rina nggak mencintai dan menyayangi aku. So...ngapain aku harus memikirkan dan menghabiskan waktu dan tenaga untuk menarik simpati dan cintanya...? Mungkin inilah jalan yang terbaik untuk aku. Namun.., terus terang rasa kecewa yang amat sangat menghantui langkah kakiku untuk beberapa saat. Dendam, kecewa, marah, bergolak sangat kuat dalam hatiku. Aku telah dipermainkan dan dipermalukan oleh seorang cewek. Kalo cewek berbuat seperti itu kepadaku, akupun bisa berbuat yang lebih “gila” lagi dari hanya sekedar mempermalukan.
Doktrin dendam kepada cewek ternyata cukup kuat menjalar dalam aliran darahku, sehingga aku jadi berpandangan sinis terhadap cewek, bahwa setiap cewek harus aku permainkan. Jadilah aku seorang yang seneng mempermainkan cewek dan seneng “obral cinta” sama cewek. Seriuskah aku dengan kelakuanku...? Nggak juga..., walaupun aku seorang “playboy”, namun aku masih ingat dan sadar akan kedudukanku sebagai seorang muslim. Cewek-cewek yang aku pacari, belum pernah satupun yang aku “gauli”. Ya..paling just kissing, peluk, pegang tangan dan pegang yang lainnya......... Buat Rina, semoga kamu bahagia dengan pria pilihanmu.

Apalagi kondisi dan situasi saat itu amat mendukung. Ada niat (maksudku dendam) ada kesempatan, ada apa lagi ya..... Pokoknya mendukung lah. Posisiku yang waktu itu sebagai “room boy”, dan banyak anak-anak PKL dari berbagai sekolah pariwisata yang waktu PKL nya lumayan lama, sekitar 2-3 bulan semakin mendukung untuk menggaet cewe-cewek. (maklum lah, anak PKL pasti nurut ama seniornya...). Tak perlu berpanjang lebar, jadilah aku seorang “play boy”. Kisah terkahir yang membuatku tersadar dan kembali ke jalan yang benar (berarti jalan sebalumnya nggak bener ya.....) adalah kisah pacaranku dengan seorang cewek Sukoharjo yang bernama Tini (maaf kalau ada kesamaan nama dan tempat). Kisah ini akan aku kisahkan pada episode yang ke empat, dan kisah pacaranku dengan Tini ini yang paling membuatku terkesan sekaligus bersalah. Moga Allah SWT mengampuni semua dosaku dan kepada Tini, setulusnya aku minta maaf yang sebesarnya. Jujur aku katakan bahwa aku mencintaimu dengan sebenarnya, akan tetapi ada faktor X yang belum pernah aku ceritakan kepadamu. Dan faktor X inilah yang telah merenggut kebebasan dan kemerdekaanku sebagai seorang laki-laki. Bersambung............................

1 Response to "Kisah Perjalanan Cintaku (Bag. Ketiga)"