Perjalanan Hidupku (Bagian Kedua)

Yach....perdebatan yang sengit dalam hati antara kata untuk tetap teguh menjalankan keyakinan dan aqidah serta kata untuk mengejar duit, maklum baru beberapa bulan bisa gajian khan ada kebanggaan khusus yang kata orang Purwokerto "kemaruk". Puncak kegalauan hati adalah ketika pas malam lebaran atau malam takbiran. Aku tepatnya kami dah ada kesepakatan dengan pimpinan bahwa kita kerja nyampe jam 10 malam dan setelah itu masing-masing dari kami akan diantar pake mobil perusahaan sampe ke rumah masing-msing. Tapi nyatanya..., kerja kami nyampe jam 11 lebih dan parahnya lagi kami nggak diantar nyampe rumah seperti janji yang sudah disepakati.

Esok harinya kami (pas waktu itu berdua ama temen aku) sepakat tidak masuk kerja alias bolos sebagai bentuk protes kami. Dihari kedua lebaran, kami masuk dan...seperti yang kami duga sebelumnya kami dipanggil pimpinan dan biasa dapet omelan yang macam-macam. Ibarat pepatah bilang, bendera perang sudah dikibarkan dan pantang bagi aku untuk mundur. Aku yang waktu itu masih dipenuhi dengan gejolak muda dan api yang membara, langsung aja ambil langkah tegas. Siang harinya aku langsung menemui pimpinan dengan persiapan kata dan keyakinan hati yang mantap, setelah sedikit berargumen, aku ambil sikap "berhenti dari pekerjaan" alias keluar. Reaksi pimpinan agak kaget dan keberatan, serta aku dibujuk dengan kenaikan gaji yang lumayan menggiurkan. Aku pikir, timbang dan... aku tetap pada pendiriannku yaitu keluar. Dalam hal ini aku lebih memikirkan nilai ibadahku yang nggak bisa terpenuhi 100 % ketimbang nilai uang. Walau jujur aja, aku butuh uang buat hidupku di tanah rantau, but..uang bukan segalanya. Pertemuan siang itu belum mencapai kata sepakat, alias mencapai deadlock. Akhirnya pimpinan memberikan aku waktu libur 3 hari untuk memikirkan jalan terbaikku di rumah. Wah...enak ya..dikasih cuti 3 hari bisa berlibur, kumpul ama keluarga, pacar, temen deket...and so on lah...

Tapi...aku dah bulat pada keputusanku bahwa aku harus keluar dari tempat kerjaku. Mungkin ini memang bukan tempatku mengais rezeki, dan setelah tiga hari aku kembali menghadap dan tetep pada komitmentku, aku keluar........ (nyombong banget ya.. dah dikasih hati kok malah ngrogoh rempela. Gitu kata orang Purwokerto) Biarin aja, wong aku dah ambil keputusan keluar ya..aku harus yakin dengan keputusannku walaupun nantinnya aku nggak dapet pesangon biarlah.......

Selanjutnya aku balik lagi ke kampung halaman, mencoba berfikir jernih dan mencari solusi dan kerjaan baru. Iseng-iseng buat lamaran dan kirim kesana kemari. Alhamdulillah, gak pake lama (kayak iklan aja) aku dapet panggilan kerja dari 2 buah hotel berbintang di Purwokerto yaitu Dynasti dan Queen Garden, tapi karena yang dateng duluan Queen Garden yach... aku meluncur kesana tuk ngikuti ujian seleksi penerimaan karyawan. Jumlah yang dipanggil waktu itu ada 17 orang dan yang diterima cuman 5 orang doang. Istilah aku datang dengan untung-untungan juga. Yang penting usaha dulu, hasil akhir kita serahkan aja sama Allah. Begitu semboyanku.

Setelah test tertulis dan macam-macem, diakhiri dengan test wawancara langsung dengan para manager, dari manager FO (Front Office), manager F&B (Food and Baverage) dan terakhir manager HK (House Keeping). Ada test bahasa inggrisnya juga lho..but nyante aja lah.... Usaha, usaha dan usaha...hasil akhir tunggu aja nasib, gitu pikirku... Dan sampelah pada pengumuman yang dikirim lewat pos ke alamat rumah, Alhamdulillah aku termasuk kedalam 5 orang yang diterima, dan mulailah kesibukanku dengan persiapan kerja. Yang pertama dan utama adalah mencari tempat kost, karena jarak yang sangat tidak memungkinkan aku untuk dilaju. Berkat kenalan kakak kerja (duh..sok akrab nih..) aku dapet kost di Desa Kemutug Lor, daerah Baturaden (pasti deh..konotasinya pada ngeres..)

Selanjutnya aku ketemu ama tuan rumah, kenalan seperlunya dan negoisasi harga. Klop, harga oke, tempat okey, segalanya pada okey dan yang nambah aku tertarik.... anak gadisnya juga okey punya...(nah khan jiwa playboynya mulai jalan).
Hari pertama kerja berjalan dengan lancar, aku ditempatkan di bagian HK sebagai roomboy, yach..ROOMBOY (yang kerjaannya nata-nata kamar tamu). Kenapa aku milih bagian ini, ada alasan tertentu diantaranya, aku emang seneng dengan kerapihan dan kebersihan (kayak orangnya yang selalu tampil perfect dan necis), trus bisa komunikasi langsung dengan tamu hotel yang sebagian besar adalah turis manca sehingga secara tidak langsung aku belajar bahasa inggris, trus...tips nya lumayan menggiurkan (tips apaan ya... itu lho uang jasa dari tamu)

Awal-awal aku kerja dihotel, lumayan bikin aku kagum ama semua fasilitas dan interior hotel yang boleh dibilang serba mewah, maklum aja aku berasal dari Desa sehingga agak katro dengan kemegahan kota. Seminggu, sebulan, setahun tak terasa aku sudah bergelut dengan glamournya kehidupan hotel. Aku yang dulunya nggak tahu-menahu dengan diskotik, karaoke, pub, bar, restaurat, burger dan seabreg lainnya, sekarang menjadi santapan saban hari. Dan tak terasa tiga tahun aku dah kerja di hotel, ada sesuatu yang mulai berubah drastis dari diriku. Sikap alim dan kalemku seperti mulai terkikis dan pudar dari kehidupannku. Aku yang dulunya tidak terlalu memikirkan cewek, mulai terjun dalam permainan cinta bahkan keluar cap "playboy" bagi diriku. Kisah pertamaku adalah anaknya Bapak kostku, kemudian beberapa anak SMK Perhotelan yang PKL ditempat kerjaku, dan ada seorang cewek yang telah membuat aku jati patah hati dan jatuh cinta 1000%, namun nggak kesampean, sampe pada kisahku di sidang ama orang-orang yang gak senang denganku. Kisah-kisah tersebut akan aku beberkan dipostingan yang lainnya.

Tak terasa 9 tahun aku merantau dan berkecimpung didunia perhotelan, dan alhamdulillah juga aku dah merampungkan studiku di D3 Ilmu Komputer. Memasuki tahun ke 9 ini, aku banyak disibukan dengan pertarungan batin antara aqidah dan kerjaan. Disatu pihak aku emang butuh kerjaan, but dipihak lainnya aku butuh siraman kedamaian kalbu (uh..bahasane lho..) alias butuh kedamaian dan ketentraman batin dengan menegakan ibadah pada Allah SWT. Pada waktu itu kedudukanku adalah bartender yang memegang restaurant dan coffe shop, sebuah jabatan basah, yang menjadi rebutan banyak karyawan. Tapi karena kedudukan ini pula yang menyadarkan aku, karena aku seperti ikut andil bagian dan meyediakan orang-orang yang datang untuk mabuk dan menenggak miras dari persentase yang kelas kacangan sampe tingkat para konglomerat. Terus..... silahkan tunggu updetan ceritanya. Pokoknya tambah seru aja deh...

0 Response to "Perjalanan Hidupku (Bagian Kedua)"

Posting Komentar