Hidup.... ya...hidup dan kehidupan ini penuh dengan lika dan liku
yang mana membutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk menggapai hidup
yang berarti. Berarti untuk diri sendiri, keluarga dan berarti untuk
lingkungan masyarakat di mana kita tinggal. Lalu, apakah hidup kita
selama ini sudah mempunyai arti setidaknya untuk diri kita sendiri?
Detik
berganti menit, jam, hari lalu minggu, bulan dan seterusnya... waktu
terus berjalan dan usia kita semakin berkurang. Jangan sampai waktu yang
terbuang hilang percuma tanpa makna buat kita. Ada pepatah, gajah mati
meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan kulit, lalu... apa yang
akan kita tinggalkan ketika kita menghadap kembali ke hadirat Allah SWT.
Apakah kita akan meninggalkan hutang buat anak-anak kita?
Suatu
malam yang sepi ditepi pinggiran sawah, ku coba merenungi akan segala
tindak-tanduk dan langkah kakiku selama ini. Banyak hal yang tiba-tiba
terlintas dalam benakku. Kenangan beberapa tahun silam seperti terputar
kembali di layar lebar. Bagaimana kehidupan sepuluh tahun silam
menghiasi kehidupanku. Yach..masa dimana sedang mencari jatidiri,
merambah kehidupan yang sebenarnya. Lintasan kejadian di renungan malam
dimulai ketika aku menginjakan kaki di kota kripik Purwokerto.
Yach..berbekal ijasah SMA, aku coba mengadu nasib di Kota Purwokerto.
Mungkin ada rekan yang bertanya, apa tidak lanjut kuliah selepas SMA?
Memang waktu itu aku tidak berminat untuk lanjut studi.
Ada hal yang
mendorong aku untuk secepatnya bisa mencari uang sendiri. Aku pengin
tunjukan pada keluargaku, pada saudara-saudaraku bahwa aku juga bisa
mencari uang saku sendiri, tidak selamanya menjadi beban keluarga.
Yach..beberapa hari luntang-luntung nggak karuan juntrungnya di Kota
Purwokerto, yang penting aku dapet kerjaan. Dan alhamdulillah, ada
sebuah rumah makan atau kerennya sebuah KFC yang butuh karyawan. Tanpa
pikir panjang lagi, aku kirim lamaran, trus interview dan akhirnya aku
diterima kerja sebagai asistant tukang masak. Yach.... assistant koki,
kenapa nggak?
Memang aneh dan saya sendiri
nggak ada background untuk jadi tukang masak, tapi yach semua bisa
dipelajari kok. Kenapa harus takut? Setelah satu bulan training, aku
langsung terjun di dunia kerja yang sesungguhnya dan yang terpenting aku
dah dapet penghasilan buat biaya hidup di Purwokerto. Hari-hari aku
lalui dengan kesibukan menyiapkan ayam goreng, bersih-bersih dapur,
bikin bumbu, bikin soup, ngepel lantai dan sebagainya. Setelah tiga
bulan, aku mulai berfikir dengan sistem kerja yang agak amburadul. Aku
kerja dari mulai jam 08.00 pagi nyampe jam 10.00 malam, yach memang ada
istirahatnya alias gantian dengan kokinya tapi.... ada yang kurang dan
hilang dari hidupku. Ibadah...yach. ibadah yang seharusnya aku lakukan
dengan istiqomah jadi berantakan nggak teratur. Hatiku berontak, hatiku
menjerit, haruskah aqidah yang selama ini aku bangun terkotori dengan
hasrat mencari duit.....? (okey, aku sambung kisahku ini dilain postingan berikut)
0 Response to "Perjalanan Hidupku (Bagian Pertama)"
Posting Komentar